Al-Khatib al-Baghdadi menceritakan dengan sanadnya sampai kepada al-Fadhl bin Sa’id, ia berkata :
“Dahulu ada seseorang yang menuntut ilmu. Lalu ia merasa tidak mampu mengikutinya, maka ia putuskan untuk berhenti saja.
Ketika ia sedang berjalan dan melihat aliran air dari gunung yang menetes di atas batu, sehingga membuat batu itu cekung karena tetesan air, maka ia pun berkata : “Air ini meskipun lembut tapi mampu membuat batu yang keras menjadi cekung! Demi Allah, sungguh aku akan benar-benar menuntut ilmu”.
Selanjutnya ia kembali menuntut ilmu dan akhirnya menjadi seorang ulama.” [1]Asy Syaikh ‘Utsaimin berkata dalam Kitabul ‘Ilmi :
“Guru kami Asy Syaikh ‘Abdurrahman As Si’di pernah bercerita kepada saya, dikisahkan tentang Al Kisa’i, Imam penduduk kuffah dalam bidang nahwu. Beliau mempelajari ilmu nahwu namun belum sanggup menguasainya.
Pada suatu hari beliau mengamati seekor semut yg membawa makanan miliknya. Semut itu berusaha menaiki tembok dg membawa makanan tersebut. Setiap kali semut tersebut naik, ia terjatuh. Namun semut tersebut tetap terus berupaya melewati rintangan itu, hingga akhirnya ia bisa naik ke atas tembok.Al Kisa’i berkata dalam hatinya, “Semut ini pantang menyerah hingga akhirnya sampai pada tujuan”.Lalu beliau terus menekuni ilmu nahwu hingga beliau menjadi Imam dalam bidang nahwu.
‘
Oleh karena itu, sepantasnya bagi kita wahai para penuntut ilmu untuk terus belajar dan tidak berputus asa. Karena sesungguhnya putus asa itu maknanya adalah penutup kebaikan. Kita jangan pesimis, namun sebaliknya kita harus optimis serta menjanjikan kebaikan pada diri kita masing-masing.”
‘
‘
Allohu a’lam
______________________
[1] Al-Jami’ li Akhlaq ar-Rawi wa Adab as-Sami’ : 2/262, al-Khatib al-Baghdadi. Kisah tersebut juga diceritakan oleh as-Suyuthi dalam al-Muzhhir fi Ulum al-Lughah : 2/303.
‘
‘
Maroji’ :
- Kitabul ‘Ilmi Karya Syaikh ‘Utsaimin, edisi Indonesia Tuntunan Ulama Salaf dalam Menuntut Ilmu Syar’i penerbit Pustaka Sumayyah.
0 komentar:
Posting Komentar