(ditulis oleh: Al-Ustadz Idral Harits)
Kaum Nabi Nuh q yang kafir ditenggelamkan Allah l dalam air bah yang sangat dahsyat. Semuanya binasa, termasuk putra Nabi Nuh q yang sebenarnya masih disayanginya.
Allah l menerangkan kepada beliau kepastian akan ditenggelamkannya kaumnya serta memerintahkan agar jangan mengatakan sesuatu kepada Allah l, karena mereka sesungguhnya benar-benar sangat zalim.
Mulailah Nabi Nuh q membuat kapal. Setiap kali pemimpin kaumnya melewati Nabi Nuh q, mereka mengejeknya. Nabi Nuh q berkata kepada mereka, ”Jika kalian mengejek kami saat ini, maka kami (pun) akan mengejek kalian (nanti) apabila bencana menimpa kalian.”
Allah l mewahyukan kepada Nabi Nuh q bahwa jika waktunya telah tiba dan seluruh permukaan bumi yang terjauh sekalipun telah memancarkan air, agar beliau segera mengangkut seluruh jenis hewan berpasang-pasangan, jantan dengan betina agar tetap berlanjut jenis (spesies) keturunan mereka. Karena tidak mungkin mengangkut semuanya ke atas kapal. Hikmahnya adalah melestarikan jenis hewan-hewan yang telah diciptakan Allah l dan ditundukkan untuk kemaslahatan manusia. Juga mengangkut orang-orang yang beriman bersama beliau, laki-laki dan perempuan. Memang kenyataannya tidak ada yang beriman kepada Nabi Nuh q melainkan sedikit sekali.Allah l juga memerintahkan Nabi Nuh q untuk membawa keluarga beliau kecuali orang yang sebelumnya telah berlaku ketetapan atasnya sebagai orang yang celaka. Setelah menaikkan semua yang diperintahkan, beliau berkata kepada mereka, “Sebutlah nama Allah l setiap kali berlayar atau berhenti. Karena semua sebab itu, betapapun besarnya, adalah karena kelembutan Allah l. Tidak akan sempurna (pengaruh) sebab-sebab itu kecuali dengan (izin) Allah l.”
Pada waktu itu, Allah l jadikan bumi memancarkan mata air-mata air serta memerintahkan langit agar menumpahkan air (hujan) sehebat-hebatnya. Maka bertemulah air itu dan mengalir ke tempat-tempat yang rendah. Sedikit demi sedikit air mulai naik menggenangi tempat-tempat yang tinggi, hingga menenggelamkan puncak-puncak gunung. Sementara kapal Nabi Nuh q berlayar menembus gelombang yang menggunung di kiri kanannya. Dalam keadaan yang mencekam ini, Nabi Nuh q melihat putranya yang kafir dan masih menganut agama kaumnya, ternyata masih menjauhi ayahnya meskipun sudah demikian keadaannya.
Beliau melihatnya seperti yang lain, berlarian menyelamatkan diri dari air bah yang melanda negeri mereka. Nabi Nuh q dengan penuh kasih sayang memanggil putranya:
“Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.” (Hud: 42)
Tapi putranya tetap dalam keangkuhannya, dalam situasi yang semestinya hilang ketololan itu kecuali orang yang hatinya benar-benar telah tertutup. Ia berkata kepada ayahnya, seperti disebutkan oleh Allah l:
“Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menyelamatkanku dari air bah ini.” (Hud: 43)
Tidak pernah terlintas dalam pikiran mereka bahwa air itu akan terus naik menenggelamkan puncak-puncak gunung setinggi apa pun. Nabi Nuh q berkata pula:
“Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah, selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang.” (Hud: 43)
Gunung ataupun menara dan lain-lainnya tidak akan dapat melindungi siapa pun, kecuali mereka yang mendapat rahmat dari Allah l. Rahmat-Nya dalam situasi yang demikian tentunya sudah jelas hanya untuk mereka yang ikut dalam kapal bersama Nabi Nuh q. Firman Allah l:
“Dan gelombang pun menjadi penghalang antara keduanya, maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.” (Hud: 43)
Anak Nabi Nuh q itu pun termasuk orang-orang yang ditenggelamkan Allah l.
Allah l menenggelamkan seluruh orang yang kafir serta menyelamatkan Nabi Nuh q dan orang-orang yang beriman. Semua kejadian ini menjadi bukti bahwa ajaran tauhid, risalah, berita kebangkitan (hidup sesudah mati), dan agama yang dibawa Nabi Nuh q adalah haq (pasti kebenarannya). Sedangkan mereka yang menyelisihi atau menentang beliau adalah batil.
Kejadian ini juga merupakan dalil akan adanya balasan di dunia bagi orang-orang beriman berupa keselamatan dan kemuliaan, serta kebinasaan dan kehinaan bagi orang-orang yang kafir (menentang).
Setelah tujuan utama ini tercapai, Allah l memerintahkan langit untuk menghentikan hujannya serta memerintahkan bumi agar menelan airnya. Air pun disurutkan (berkurang) sedikit demi sedikit. Bahtera (kapal) Nabi Nuh q berlabuh di atas bukit al-Judi, sebuah bukit terkenal di daerah Mosul, Irak (daerah Mesopotamia dahulu).
Semua ini menjadi dalil bahwa seluruh gunung yang ada telah ditenggelamkan dan dilanda oleh air bah ini. Nabi Nuh q sangat berduka terhadap apa yang menimpa putranya. Beliau berdoa kepada Allah l dengan penuh kelembutan dan ketundukan:
“Wahai Rabbku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji-Mu itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya.” (Hud: 45)
Yakni, Engkau perintahkan agar aku membawa keluargaku bersamaku, dan Engkau adalah penyayang yang paling baik. Maka Allah l pun berkata:
“Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu.” (Hud: 46)
Yaitu keluarga yang telah dijanjikan akan keselamatan mereka. Karena sesungguhnya Allah l telah membatasi keadaan atau sifat keluarga yang dimaksudkan itu dengan firman-Nya:
“Kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan atasnya.” (Hud: 40)
Allah l jelaskan pula:
“Sesungguhnya ini adalah perbuatan yang tidak baik.” (Hud: 46)
Yakni, doamu untuk keselamatan putramu yang menganut agama masyarakatnya ini bukanlah perbuatan yang baik. Allah l berfirman:
”Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikatnya). Sesungguhnya Aku memperingatkanmu agar tidak termasuk orang-orang yang jahil (tidak berilmu).” (Hud: 46)
Ini adalah teguran Allah l kepada Nabi Nuh q, didikan dan nasihat atas permintaannya yang semata-mata terdorong oleh kasih sayang seorang ayah kepada putranya.
Dari sini bisa diambil pelajaran juga, yang wajib diperhatikan dalam doa seperti itu hendaknya dilandasi oleh ilmu dan keikhlasan dalam mengharapkan keridhaan Allah l. Maka Nabi Nuh q pun berkata, sebagaimana diceritakan dalam firman Allah l:
“Wahai Rabbku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada-Mu sesuatu yang aku tidak mengetahui (hakikatnya). Dan seandainya Engkau tidak memberi ampun kepadaku dan tidak menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi. Difirmankan, ‘Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkahan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mukmin) dari orang-orang yang bersamamu. Dan umat yang Kami beri kesenangan kepada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami’.” (Hud: 47—48)
Beliau pun turun dan Allah l memberi berkah pada anak keturunannya. Allah l menjadikan anak cucu Nabi Nuh q sebagai orang-orang yang melanjutkan keturunan. Maka akhirnya anak-anak Yafuts putra Nabi Nuh q menyebar di belahan bumi bagian timur, keturunan Ham di sebelah barat, dan anak keturunan Sam di tengah-tengah (antara timur dan barat).
(bersambung, insya Allah)
http://asysyariah.com/syariah/ibrah/591-umat-nabi-nuh-ditenggelamkan-ibrah-edisi-1.html
0 komentar:
Posting Komentar